Rahmat Saptono - Departemen Metalurgi dan Material FTUI 2008 34
BAB 3
3.1 Pendahuluan
Logam dan paduan berbasis besi adalah salah satu jenis bahan yang paling
banyak dan luas aplikasinya di bidang rekayasa. Besi atau Fe terdapat di alam
sebagai oksida atau bijih besi. Logam besi sebagian besar diperoleh melalui
serangkaian proses pemurnian dan reduksi bijih besi. Melalui proses ini
diperoleh lelehan besi mentah atau pig iron yang masih mengandung pengotorpengotor,
terutama, karbon, silkon, mangan, sulfur, dan fosfor.
Namun, logam Fe hampir tidak pernah digunakan untuk aplikasi rekayasa
dalam keadaan murni karena keterbatasan sifat-sifat mekaniknya. Paduan
berbasis besi (ferrous alloy) yang paling banyak digunakan untuk aplikasi
rekayasa adalah paduan besi-karbon dengan kandungan karbon tertentu
beserta unsur-unsur paduan lainya. Keberadaan unsur karbon di dalam larutan
padat Fe memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan sifat-sifat
mekanik logam besi. Sebagai ilustrasi, nilai kekuatan luluh untuk Fe murni
dengan kadar karbon terlarut 0% hanyalah sekitar 3 Ksi dibandingkan dengan
30 Ksi pada kadar karbon terlarut 0.005% yang merupakan batas kelarutan
maksimum karbon di dalam larutan padat Fe. Penambahan karbon dan unsurunsur
paduan lain pada kadar yang lebih tinggi sangat penting di dalam
mendesain dan merekayasa sifat-sifat mekaniknya.
Baja karbon (carbon steel) adalah salah satu jenis logam paduan besi
karbon terpenting dengan prosentase berat karbon hingga 2,11%. Baja karbon
diklasifikasikan menjadi baja karbon (1) rendah (low), (2) sedangn
(medium), dan (3) tinggi (high) berdasarkan kadar karbon-nya. Jika
penambahan elemen-elemen lain selain karbon untuk tujuan-tujuan tertentu
cukup signifikan, maka baja diklasifikasikan sebagai baja paduan (alloy
steel) atau baja paduan rendah (low alloy steel). Jenis baja lainnya yang
cukup penting adalah baja perkakas (tool steel) dan baja nirkarat
(stainless steel).
Selain baja, paduan berbasis besi karbon lain yang juga penting adalah besi
tuang atau besi cor (cast iron), yaitu besi dengan kadar karbon lebih dari
2,11% hingga 4-6%. Besi tuang diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan
struktur mikro dan sifat-sifatnya ke dalam besi tuang kelabu (grey cast iron),
besi tuang ulet atau nodular (ductile or nodular cast iron), besi tuang putih
(white cast iron), besi tuang mampu tempa (malleable cast iron).
3.2 Proses Pembuatan Baja
Gambar 3-1 Proses Pembuatan Baja
Proses pembuatan baja dimulai dengan proses ekstraksi bijih besi. Proses
reduksi umumnya terjadi di dalam tanur tiup (blast furnace) di mana di
dalamnya bijih besi (iron ore) dan batu gamping (limestone) yang telah
mengalami pemanggangan (sintering) diproses bersama-sama dengan kokas
(cokes) yang berasal dari batubara. Serangkaian reaksi terjadi di dalam tanur
pada waktu dan lokasi yang berbeda-beda, tetapi reaksi penting yang
mereduksi bijih besi menjadi logam besi adalah sebagai berikut:
Fe2O3 + 3CO �� 2Fe + 3CO2
Luaran utama dari proses ini adalah lelehan besi mentah (molten pig iron)
dengan kandungan karbon yang cukup tinggi (4%C) beserta pengotor-pengotor
lain seperti silkon, mangan, sulfur, dan fosfor . Besi mentah ini belum dapat
dimanfaatkan secara langsung untuk aplikasi rekayasa karena sifat-sifat
(mekanis)-nya belum sesuai dengan yang dibutuhkan karena pengotorpengotor
tersebut. Besi mentah berupa lelehan atau coran selanjutnya dikirim
menuju converter yang akan mengkonversinya menjadi baja.
Proses pembuatan baja umumnya berlangsung di tungku oksigen-basa
(basic-oxygen furnace). Di dalam tungku ini besi mentah cair dicampur
dengan hingga 30% besi tua (scrap) yang terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
tanur. Selanjutnya, oksigen murni ditiupkan dari bagian atas ke dalam leburan,
bereaksi dengan Fe membentuk oksida besi FeO. Beberapa saat sebelum
reaksi dengan oksigen mulai berlangsung, fluks pembentuk slag dimasukkan
dalam jumlah tertentu.
Oksida besi atau FeO selanjutnya akan bereaksi dengan karbon di dalam besi
mentah sehingga diperoleh Fe dengan kadar karbon lebih rendah dan gas
karbon monoksida. Reaksi penting yang terjadi di dalam tungku adalah sebagai
berikut:
FeO + C �� Fe + CO
Selama proses berlangsung (sekitar 22 menit), terjadi penurunan kadar karbon
dan unsur-unsur pengotor lain seperti P, S, Mn, dalam jumlah yang signifikan.
3.3 Diagram Fe-Fe3C
Diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe3C adalah alat penting untuk memahami
struktur mikro dan sifat-sifat baja karbon, suatu jenis logam paduan besi (Fe)
dan karbon (C). Karbon larut di dalam besi dalam bentuk larutan padat (solid
solution) hingga 0,05% berat pada temperatur ruang. Baja dengan atom
karbon terlarut hingga jumlah tersebut memiliki alpha ferrite pada temperatur
ruang. Pada kadar karbon lebih dari 0,05% akan terbentuk endapan karbon
dalam bentuk hard intermetallic stoichiometric compound (Fe3C) yang dikenal
sebagai cementite atau carbide. Selain larutan padat alpha-ferrite yang dalam
kesetimbangan dapat ditemukan pada temperatur ruang terdapat fase-fase
penting lainnya, yaitu delta-ferrite dan gamma-austenite.
Logam Fe bersifat polymorphism yaitu memiliki struktur kristal berbeda pada
temperatur berbeda. Pada Fe murni, misalnya, alpha-ferrite akan berubah
menjadi gamma-austenite saat dipanaskan melewati temperature 910oC. Pada
temperatur yang lebih tinggi, mendekati 1400oC gamma-austenite akan kembali
berubah menjadi delta-ferrite. (Alpha dan Delta) Ferrite dalam hal ini memiliki
struktur kristal BCC sedangkan (Gamma) Austenite memiliki struktur kristal FCC.
Gambar 3-2 Diagram Kesetimbangan Fasa Fe-Fe3C
3.3.1 Ferrite
Ferrite adalah fase larutan padat yang memiliki struktur BCC (body centered
cubic). Ferrite dalam keadaan setimbang dapat ditemukan pada temperatur
ruang, yaitu alpha-ferrite atau pada temperatur tinggi, yaitu delta-ferrite.
Secara umum fase ini bersifat lunak (soft), ulet (ductile), dan magnetik
(magnetic) hingga temperatur tertentu, yaitu Tcurie. Kelarutan karbon di dalam
fase ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelarutan karbon di dalam fase
larutan padat lain di dalam baja, yaitu fase Austenite. Pada temperatur ruang,
kelarutan karbon di dalam alpha-ferrite hanyalah sekitar 0,05%.
Berbagai jenis baja dan besi tuang dibuat dengan mengeksploitasi sifat-sifat
ferrite. Baja lembaran berkadar karbon rendah dengan fase tunggal ferrite
misalnya, banyak diproduksi untuk proses pembentukan logam lembaran.
Dewasa ini bahkan telah dikembangkan baja berkadar karbon ultra rendah
untuk karakteristik mampu bentuk yang lebih baik. Kenaikan kadar karbon
secara umum akan meningkatkan sifat-sifat mekanik ferrite sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Untuk paduan baja dengan fase tunggal ferrite, faktor
lain yang berpengaruh signifikan terhadap sifat-sifat mekanik adalah ukuran
butir.
3.3.2 Austenite
Fase Austenite memiliki struktur atom FCC (Face Centered Cubic). Dalam
keadaan setimbang fase Austenite ditemukan pada temperatur tinggi. Fase ini
bersifat non magnetik dan ulet (ductile) pada temperatur tinggi. Kelarutan
atom karbon di dalam larutan padat Austenite lebih besar jika dibandingkan
dengan kelarutan atom karbon pada fase Ferrite. Secara geometri, dapat
dihitung perbandingan besarnya ruang intertisi di dalam fase Austenite (atau
kristal FCC) dan fase Ferrite (atau kristal BCC). Perbedaan ini dapat digunakan
untuk menjelaskan fenomena transformasi fase pada saat pendinginan
Austenite yang berlangsung secara cepat.
Selain pada temperatur tinggi, Austenite pada sistem Ferrous dapat pula
direkayasa agar stabil pada temperatur ruang. Elemen-elemen seperti Mangan
dan Nickel misalnya dapat menurunkan laju transformasi dari gamma-austenite
menjadi alpha-ferrite. Dalam jumlah tertentu elemen-elemen tersebut akan
menyebabkan Austenite stabil pada temperatur ruang. Contoh baja paduan
dengan fase Austenite pada temperatur ruang misalnya adalah Baja Hadfield
(12%Mangan) dan Baja Stainless 18-8 (8%Ni).
3.3.3 Cementite
Cementite atau carbide dalam sistem paduan berbasis besi adalah
stoichiometric inter-metallic compund Fe3C yang keras (hard) dan getas
(brittle). Nama cementite berasal dari kata caementum yang berarti stone chip
atau lempengan batu. Cementite sebenarnya dapat terurai menjadi bentuk
yang lebih stabil yaitu Fe dan C sehingga sering disebut sebagai fase
metastabil. Namun, untuk keperluan praktis, fase ini dapat dianggap sebagai
fase stabil. Cementite sangat penting perannya di dalam membentuk sifat-sifat
mekanik akhir baja. Cementite dapat berada di dalam sistem besi baja dalam
berbagai bentuk seperti: bentuk bola (sphere), bentuk lembaran (berselang
seling dengan alpha-ferrite), atau partikel-partikel carbide kecil. Bentuk,
ukuran, dan distribusi karbon dapat direkayasa melalui siklus pemanasan dan
pendinginan. Jarak rata-rata antar karbida, dikenal sebagai lintasan Ferrite
rata-rata (Ferrite Mean Path), adalah parameter penting yang dapat
menjelaskan variasi sifat-sifat besi baja. Variasi sifat luluh baja diketahui
berbanding lurus dengan logaritmik lintasan ferrite rata-rata.
3.3.4 Reaksi-reaksi Invarian dan Konstituen Mikro Penting
Secara keseluruhan ada tiga reaksi penting di dalam diagram Kesetimbangan
Fase Fe-Fe3C, yaitu: Reaksi Peritectic, Reaksi Eutectic, dan Reaksi Eutectoid
sebagaimana terlihat di dalam diagram kesetimbangan. Untuk sistem Besi
Baja, reaksi Eutectoid adalah reaksi yang sangat penting karena dengan
mengontrol Reaksi Eutectoid kita dapat memperoleh berbagai konstituen mikro
atau micro constituent yang diinginkan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.
Berdasarkan kadar karbonnya, baja dapat pula diklasifikasikan menjadi (1) baja
eutectoid, (2) baja hypoeutectoid, dan (3) baja hypereutectoid.
Gambar 3-3 Reaksi-reaksi Invarian di dalam Sistem Fe-Fe3C
Sistem penamaan yang telah dikenal luas adalah sistem AISI-SAE yang
menggunakan 4-5 Angka. Dua angka pertama menunjukkan elemen-elemen
paduan utama (Major Alloying Elements) dan Dua atau Tiga angka sisanya
menunjukkan prosentase karbonnya.
Baja dengan nama AISI-SAE 1080 misalnya, adalah jenis baja karbon (plain
carbon steel) dengan kadar karbon 0.8%. Contoh dari baja jenis ini adalah
baja kawat piano. Kawat piano memiliki struktur pearlite seluruhnya dan
kekuatannya yang tinggi terutama diperoleh dari proses pengerjaan dingin pada
proses produksinya.
Gambar 3-4 Sistem Penamaan 4-5 Angka AISI-SAE
3.4 Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan besi baja dengan elemen utama Fe dan C. Baja
karbon memiliki kadar C hingga 1.2% dengan Mn 0.30%-0.95%. Baja dengan
kadar karbon sangat rendah memiliki kekuatan yang relatif rendah tetapi
memiliki keuletan yang relatif tinggi. Baja jenis ini umumnya digunakan untuk
proses pembentukan logam lembaran. Dengan meningkatnya kadar karbon
maka baja karbon menjadi semakin kuat tetapi berkurang keuletannya.
Beberapa jenis baja karbon, klasifikasi dan aplikasinya berdasarkan AISI-SAE
dapat dilihat pada Tabel 1-1.
Umumnya baja karbon (Plain Carbon Steel) diklasifikasikan menjadi (1) Baja
karbon rendah (Low Carbon Steel), (2) Baja karbon menengah (Medium Carbon
Steel), dan (3) Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel) berdasarkan prosentase
karbonnya. Baja AISI-SAE 1020-1040, dengan kadar karbon 0,4%-0,4%,
diklasifikasikan sebagai baja karbon menengah. Baja jenis ini digunakan secara
luas sebagai bahan poros (shaft) dan roda gigi (gear). Baja dengan kadar
karbon di atas 0,60% umumnya dikategorikan sebagai baja karbon tinggi.
Aplikasi dari baja karbon tinggi misalnya untuk pembuatan cetakan-cetakan
logam (dies, punch, block), kawat-kawat baja (kawat pegas, kawat musik,
kawat kekuatan tinggi), dan alat-alat potong (cutter, shear blade).
Tabel 3-1 Beberapa jenis baja karbon berdasarkan klasifikasi AISI-SAE
Baja karbon rendah atau sangat rendah, seperti telah dijelaskan sebelumnya,
banyak digunakan untuk proses pembentukan logam lembaran, misalnya untuk
badan dan rangka kendaraan serta komponen-komponen otomotif lainnya.
Baja jenis ini dibuat dan diaplikasikan dengan mengeksploitasi sifat-sifat ferrite.
Ferrite adalah salah satu fasa penting di dalam baja yang bersifat lunak dan
ulet. Baja karbon rendah umumnya memiliki kadar karbon di bawah komposisi
eutectoid dan memiliki struktur mikro hampir seluruhnya ferrite. Pada
lembaran baja kadar karbon sangat rendah atau ultra rendah, jumlah atom
karbon-nya bahkan masih berada dalam batas kelarutannya pada larutan padat
sehingga struktur mikronya adalah ferrite seluruhnya (Gambar 3-5). Hingga
batas kelarutannya di dalam larutan padat ferrite, penambahan karbon
berpengaruh terhadap sifat-sifat mekanik lembaran (lihat Gambar 3-6).
Gambar 3-5 Struktur Mikro Baja Karbon Ultra Rendah. Seluruhnya Ferrite.
Gambar 3-6 Pengaruh Karbon terhadap Sifat Mekanik Baja dengan Karbon
Sangat Rendah.
Pada kadar karbon lebih tinggi akan mulai terbentuk endapan cementite atau
fase pearlite pada batas butirnya sebagaimana terlihat pada Gambar 3-7.
Gambar 3-7 Struktur Mikro Baja Karbon Rendah
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sifat cementite atau carbide yang keras
dan getas berperan penting di dalam meningkatkan sifat-sifat mekanik baja.
Salah satu parameter penting yang menunjukkan hal tersebut, sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya adalah a mean ferrite path. A mean ferrite path
menunjukkan jarak antar cementite, baik pada pearlite maupun sphreodite.
Jarak antar carbide di dalam pearlite secara khusus dikenal sebagai
interlamellar spacing atau spasi antar lamel atau lembaran.
Gambar 3-8 Pengaruh Mean Ferrite Path terhadap Tegangan Luluh
Selain kadar karbon, sifat-sifat mekanik baja karbon rendah dengan fase
tunggal ferrite (ferritic low carbon steel) ditentukan pula oleh dimensi atau
ukuran butir-butir ferrite. Secara umum diketahui bahwa baja dengan ukuran
butir lebih kecil akan memiliki kekuatan yang lebih tinggi pada suhu kamar.
Hubungan tersebut secara kuantitatif dikenal sebagai Persamaan Hall-Petch.
Gambar 3-9 menunjukkan hubungan antara akar kuadrat diameter butir ferrite
pada baja karbon rendah dengan fase ferrite.
2
1
0
= + k d − y y σ σ
Persamaan Hall-Petch ini sangat penting dalam menjelaskan hubungan antara
struktur mikro dan sifat-sifat baja. Hubungan ini dimanfaatkan di dalam
pemrosesan baja, yaitu dengan mengatur atau mengendalikan ukuran butir
untuk meningkatkan kekuatan baja. Penguatan baja dengan cara ini dilakukan
melalui proses thermomekanika (thermomechanical process), proses perlakuan
panas (heat treatment), dan pemberian paduan mikro (micro alloying).
Gambar 3-9 Pengaruh Ukuran Butir terhadap Tegangan Luluh
Untuk aplikasi proses pembentukan logam lembaran, sifat-sifat ferrite yang ulet
sangat penting. Diketahui bahwa keuletan adalah salah satu sifat intrinsik yang
penting. Namun, di samping %elongasi maksimum yang menggambarkan
keuletan baja karbon, terdapat parameter penting lain yang lebih
menggambarkan karakteristik mampu bentuk logam lembaran adalah nilai n
(koefisien pengerasan regangan) dan nilai r (rasio regangan plastis). Nilai n
secara umum menggambarkan kemampuan lembaran baja untuk
mendistribusikan regangan secara merata. Pada pengujian tarik dapat dilihat
dari besarnya regangan uniform yang mampu dicapai oleh logam. Nilai r secara
umum menggambarkan ketahanan logam lembaran terhadap penipisan. Dalam
hal ini, terhadap hubungan yang cukup kuat antara nilai r dan LDR atau batas
rasio penarikan logam lembaran. Nilai r terutama berhubungan dengan tekstur
kristalografi pada baja, yaitu adanya orientasi kristal yang lebih disukai
(preferred orientation). Di samping itu, dilaporkan pula terdapat hubungan
antara Lankford Value atau nilai r dengan ukuran besar butir.
3.5 Proses Perlakuan Panas Baja Karbon
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa reaksi eutectoid sangat penting di dalam
mengendalikan struktur mikro baja. Dengan mengendalikan reaksi eutectoid,
dapat diperoleh 3 konstituen mikro penting yaitu: (1) pearlite, (2) bainite, dan
(3) (tempered) martensite.
Gambar 3-10 Tiga Konstituen Mikro Penting dari Baja Karbon.
Pearlite adalah suatu campuran lamellar dari ferrite dan cementite.
Konstituen ini terbentuk dari dekomposisi Austenite melalui reaksi eutectoid
pada keadaan setimbang, di mana lapisan ferrite dan cementite terbentuk
secara bergantian untuk menjaga keadaan kesetimbangan komposisi eutectoid.
Pearlite memiliki struktur yang lebih keras daripada ferrite, yang terutama
disebabkan oleh adanya fase cementite atau carbide dalam bentuk lamel-lamel.
Gambar 3-11 Struktur Mikro dari Pearlite.
Gambar di atas menunjukkan struktur mikro pearlite dalam perbesaran lebih
tinggi. Daerah yang lebih terang pada gambar adalah ferrite sedangkan daerah
yang lebih gelap pada gambar adalah carbide atau cementite. Salah satu
contoh baja karbon yang memiliki struktur ini adalah kawat piano atau baja
AISI 1080 menurut standar SAE-AISI. Baja kawat piano dengan kadar karbon
0,8% dengan struktur pearlite seluruhnya memiliki kekuatan tarik (Tensile
Strength) sekitar 4,2 GPa. Bandingkan dengan kekuatan tarik Baja Karbon
Rendah (0,05%C) dengan struktur mikro Ferrite seluruhnya yang kekuatan
tariknya hanya 0,2 GPa.
Konstituen mikro lain yang dapat diperoleh dengan mengendalikan reaksi
eutectoid adalah Bainite. Bainite adalah suatu campuran non-lamellar dari
ferrite dan cementite yang terbentuk pada dekomposisi Austenite melalui reaksi
eutectoid. Berbeda dengan pearlite yang terbentuk pada laju transformasi atau
pendinginan sedang strukturnya adalah acicular, terdiri atas ferrite lewat jenuh
dengan partikel-partikel carbide terdispersi secara diskontinu. Dispersi dari
bainite tergantung pada temperatur pembentukannya.
Martensite adalah mikro konstituen yang terbentuk tanpa melalui proses
difusi. Konstituen ini terbentuk saat Austenite didinginkan secara sangat cepat,
misalnya melalui proses quenching pada medium air. Transformasi
berlangsung pada kecepatan sangat cepat, mendekati orde kecepatan suara,
sehingga tidak memungkinkan terjadi proses difusi karbon. Transformasi
martensite diklasifikasikan sebagai proses transformasi tanpa difusi yang tidak
tergantung waktu (diffusionless time-independent transformation). Martensite
yang terbentuk berbentuk seperti jarum yang bersifat sangat keras (hard) dan
getas (brittle). Fase martensite adalah fase metastabil yang akan membentuk
fase yang lebih stabil apabila diberikan perlakuan panas. Martensite yang keras
dan getas diduga terjadi karena proses transformasi secara mekanik (geser)
akibat adanya atom karbon yang terperangkap pada struktur kristal pada saat
terjadi transformasi polimorf dari FCC ke BCC. Hal ini dapat dipahami dengan
membandingkan batas kelarutan atom karbon di dalam FCC dan BCC serta
ruang intertisi maksimum pada kedua struktur kristal tersebut.
Akibatnya terjadi distorsi kisi kristal BCC menjadi BCT atau body centered
tetragonal. Distorsi kisi akibat transformasi pada proses pendinginan secara
cepat tersebut berbanding lurus dengan jumlah atom karbon terlarut
sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3-13.
Gambar 3-12 Atom Karbon di dalam Austenite, Ferrite, dan Martensite
Gambar 3-13 Distorsi Kisi pada Transformasi Martensite
Meskipun memiliki kekerasan yang sangat tinggi, Martensite tidak memiliki arti
penting di dalam aplikasi rekayasa. Untuk kebanyakan aplikasi rekayasa
martensite perlu di-temper atau dipanaskan kembali pada temperature tertentu
untuk mengurangi kegetasan (brittleness) dan meningkatkan ketangguhannya
(toughness) ke tingkat yang dapat diterima tanpa terlalu banyak menurunkan
kekerasannya.
Masalah 1
Sebuah palu pecah di bagian muka pukul (striking face)-nya ketika digunakan
untuk memecah slab beton dan menimbulkan korban karena serpihannya
mengenai mata pemakai yang kebetulan tidak memakai kaca mata pengaman.
Bentuk kepada palu secara diilustrasikan pada gambar dengan lokasi pecah
ditunjukkan oleh tanda panah dan lingkaran.
Gambar 3-14 Gambar Kepala Palu
Diketahui bahwa palu terbuat dari logam baja karbon tempa medium dengan
komposisi kimia sesuai standar, yaitu: 0,5%-0,6% C, 0,5%-0,9%Mn, dan
0,1%-0,4%Si. Kekerasan dari bahan baku palu adalah antara 1,8-2,2 GPa.
Kepala palu yang baik umumnya dibuat menjadi bentuk di atas dengan proses
tempa panas (hot forging) dan kemudian didinginkan perlahan-lahan hingga
temperatur ruangan. Selanjutkan kedua ujung kepala palu (ball pein dan
striking face) diselesaikan dengan mesin gerinda.
Pengerasan ujung pukul dilakukan dengan proses quenching dengan cara
mencelup sebagian ujungnya ke dalam lelehan timah pada temperatur 900oC
dan mencelupnya ke dalam air dingin. Dengan perlakuan panas tersebut
seharusnya baja medium dengan kadar karbon 0,6% memiliki kekerasan sekitar
8 GPa. Investigasi awal menunjukkan profil kekerasan kepala palu (dalam GPa)
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar. Di dalam standar disebutkan bahwa
kedua ujung kepala palu (ball pein dan striking face) di-temper sehingga
kekerasannya turun antara 5.1-6.6 GPa sebelum dapat digunakan.
Mengapa kepala pukul yang telah dicelup perlu di-temper (sebagaimana
dipersyaratkan oleh standar) sebelum kepala palu dapat digunakan. Menurut
pendapat Saudara, apa yang menyebabkan ujung pukul pecah sehingga
serpihannya memakan korban?
3.6 Baja (Besi) Stainless
Logam stainless steel telah sering kita dengar atau pergunakan sehari-hari.
Sifat stainless yang tahan karat pun telah banyak yang mengetahuinya. Tetapi
mungkin tidak semua tahu bahwa stainless steel adalah hasil dari ’kesalahan’
yang membawa ’berkah’. Penulis mendengar ’cerita’ ini dari salah seorang
Professor di Sheffield. Sheffield adalah tempat pertama kali ditemukannya
logam Stainless. Saat itu Harry (1913), salah seorang peneliti di Sheffield,
sedang berkutat dengan penelitiannya untuk mengatasi masalah erosi pada
senapan laras panjang. Kesalahannya ’mencampur’ dan ’mengolah’ paduan
ternyata kemudian membawa ’berkah’. Suatu hari ia merasa heran karena di
bak sampahnya terdapat logam yang tetap bersih dan berkilap, sementara
logam-logam lainnya telah mulai berkarat. Kemudian diketahuinya bahwa
logam itu adalah salah satu paduan yang pernah ’dibuangnya’ saat melakukan
penelitian. Kelak diketahui bahwa besi dengan kadar Chromium 13% akan
membentuk lapisan film oksida yang bersifat protektif yang akan melindungi
logam dari korosi.
Paduan Fe-Cr adalah jenis logam Stainless paling sederhana yang berstruktur
dasar ferrite. Hal ini dapat kita pahami dengan mempelajari diagram
kesetimbangan fase Fe-Cr yang diperlihatkan pada Gambar 3-15. Chromium
adalah unsur penstabil ferrrite. Chromium dengan struktur BCC (sama dengan
Ferrite) akan memperluas daerah fase alpha dan mempersempit daerah fase
gamma. Akibatnya terbentuk loop Austenite yang membatasi daerah FCC dan
BCC. Dari Gambar 3-15 dapat dilihat bahwa pada paduan Fe-Cr dengan
kandungan Cr di atas 12% tidak terjadi transformasi fase Austenite ke Ferrite.
Dari temperatur ruang hingga ke titik leburnya Fasenya adalah ferrite.
Akibatnya, tidak dimungkinkan pula terjadi transformasi martensitik.
Sementara ini dapat ditarik kesimpulan bahwa besi (tanpa karbon) stainless
dengan kadar di atas Cr 12% selalu berstruktur ferrite. Ferritic Stainless Steel
dapat memiliki kadar Cr hingga 30%.
Jika pada kadar karbon rendah (Gambar 3-17) Ferrrite stabil di semua rentang
temperatur maka pada kadar karbon yang lebih tinggi dapat ditemukan daerah
fase Austenite. Penambahan kadar karbon sebesar 0,6% misalnya, akan
memodifikasi diagram fasa sehingga paduan akan memiliki fase Austenite pada
temperatur tinggi. Pada kondisi ini, baja dapat di-quench untuk menghasilkan
Martensite.
Secara umum, semakin tinggi kadar Cr semakin tahan besi terhadap korosi.
Hal ini disebabkan karena terbentuknya lapisan film oksida pada permukaan.
Di sisi lain kekurangan kadar Chromium akan menyebabkan berkurangnya
jumlah lapisan film oksida protektif. Dalam hal ini, kadar karbon di dalam
stainless perlu dijaga dalam keadaan rendah. Jika tidak, maka akan terbentuk
karbida Chrom sehingga Chrom tidak dapat ke permukaan membentuk oksida
film protektif. Penambahan Ni sangat penting karena Ni memiliki struktur FCC
yang memiliki batas kelarutan karbon yang lebih besar sehingga mengurangi
peluang terjadi pembentukan karbida Chromium yang akan mengurangi kadar
Chromium dan oleh karenanya jumlah lapisan film oksida protektif pada
permukaan.
Gambar 3-15 Diagram Fasa Besi Chromium
Gambar 3-16 Pengaruh Penambahan Karbon terhadap Luas Daerah Fase
Austenite pada Paduan Stainless Fe-Cr
Contoh paduan Stainless Steel dengan penambahan Ni adalah Stainless Stee
18-8. Telah dijelaskan pula sebelumnya bahwa Ni yang memiliki struktur FCC
adalah elemen penstabil FCC atau Austenite pada paduan besi. Keberadaan Ni
akan mengurangi kecenderungan besi FCC untuk bertransformasi menjadi BCC.
Pada kadar karbon tertentu (< 0,03%C) fase Austenite bahkan akan stabil pada
temperatur ruang.
Gambar 3-17 Pengaruh Penambahan Kadar Karbon terhadap Daerah Fase
Austenite pada Paduan Baja Stainless Fe-Cr-Ni
Sejauh ini telah kita kenal dua jenis paduan Stainless Steel yang penting, yaitu
paduan Stainless Steel dengan kandungan Ni rendah dan paduan Stainless
Steel dengan kandungan Ni tinggi. Telah kita kenal pula tiga jenis paduan
Stainless berdasarkan struktur kristalnya, yaitu: logam Stainless Feritik (Ferritic
Stainless Steel), logam Stainless Martensitik (Martensitic Stainless Steel), dan
logam Stainless Steel Austenitik (Austenitic Stainless Steel). Selain berdasarkan
kedua hal di atas, paduan stainless dapat pula dikelompokkan berdasarkan
mekanisme penguatannya. Termasuk ke dalam golongan ini adalah PH
Stainless Steel, yaitu paduan Stainless Steel yang dikuatkan melalui mekanisme
Precipitation Hardening yang meliputi Solutionizing, Quenching, dan Aging.
Masalah 2
Logam stainless yang digunakan untuk aplikasi rekayasa dapat
diaktergorisasikan menjadi: (1) logam stainless dengan kandungan Ni tinggi
dan (2) logam stainless dengan kandungan Ni rendah. Jika Saudara memiliki
perusahaan daur ulang logam (recycling plant) maka pemisahan kedua jenis
logam Stainless tersebut dapat memberikan nilai tambah kepada logam-logam
dari limbah Stainless. Dari pengetahuan yang telah Saudara pelajari,
mekanisme apakah yang secara praktis dapat diaplikasikan untuk memisahkan
kedua jenis limbah logam Stainless tersebut?
3.7 Besi Tuang
Besi tuang adalah paduan berbasis besi dengan kadar karbon tinggi, yaitu 2%-
4%C dengan kadar Si 0,5%-3%. Besi tuang memiliki aplikasi di bidang
rekayasa yang cukup luas terutama karena kemampuannya untuk langsung
dibentuk menjadi bentuk akhir (net shape) atau mendekati bentuk akhir (near
net shape) melalui proses solidifikasi (solidification) atau pengecoran (casting).
Besi tuang mudah untuk dicor karena beberapa hal. Pertama, besi tuang
mudah dilebur dan memiliki fluiditas yang sangat baik pada keadaan cairnya.
Kedua, ketika dituang besi tidak membentuk lapisan film pada permukaannya.
Selain itu, besi tuang tidak mengalami penyusutan volume (shrinkage) yang
terlalu tinggi pada saat solidifikasi.
Gambar 3-18 Diagram Fase Fe-Fe3C menunjukkan Daerah Besi Tuang
Kemampuan besi tuang untuk dapat dicetak menjadi bentuk yang diinginkan
terutama berhubungan dengan adanya reaksi Eutectic pada diagram
kesetimbangan Fe-Fe3C pada rentang kandungan karbon tersebut. Pada reaksi
tersebut titik lebur paduan besi turun hingga sekitar 1130oC dengan rentang
temperatur liquidus dan solidus yang sangat kecil, atau membeku seperti logam
murni dengan satu titik beku.
Di samping itu, reaksi eutectic penting pula di dalam merekayasa dan
mengendalikan sifat-sifat besi tuang yang sangat tergantung pada karakteristik
konstituen-konstituennya. Dekomposisi Autenite, seperti halnya pada baja,
dapat dikendalikan sehingga dihasilkan matriks Ferrite, Pearlite, Bainite, atau
Martensite. Solidifikasi dan dekomposisi Austenite dapat diatur agar
menghasilkan grafit (C) atau karbida (Cementite). Dengan menambahkan
modifier dan innoculant bentuk grafit dapat pula direkayasa menjadi berbentuk
bola (sphereoidal graphite), kompak (compacted graphite), dan serpihan
(flake). Selanjutnya, karbida dapat diberi perlakuan panas lebih lanjut untuk
mendekomposisi cementite, menghasilkan struktur yang mampu ditempa.
Besi tuang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan
karakteristik struktur mikro menjadi besi tuang kelabu (gray iron), besi tuang
nodular (nodular cast iron), besi tuang grafit kompak (compacted graphite cast
iron), besi tuang putih (white cast iron), dan besi tuang mampu tempa
(malleable cast iron). Gambar skematis jenis-jenis besi tuang tersebut
diperlihatkan tabel berikut ini.
Tabel 3-2 Jenis-jenis Besi Tuang, Struktur Mikro, Proses Pembuatan, dan
Karakteristik Umumnya.
Nama Skema Struktur Mikro Proses
Pembuatan
Karakteristik
Umum
Besi Tuang
Kelabu
(Grey Cast
Iron)
*diberi
nama
kelabu
(grey)
karena
patahannya
berwarna
kelabu.
Biasanya memiliki
kadar karbon 2,5-
4%. Jumlah silikon
yang relatif tinggi (1-
3%) diperlukan
untuk
mempromosikan
pembentukan grafit.
Kecepatan
pembekuan sangat
penting untuk
mengatur jumlah
grafit yang terbentuk
(biasanya lambat
hingga sedang).
Laju solidfikasi
berperan pula di
dalam menentukan
matriks yang
terbentuk.
Grafit berbentuk
serpihan-serpihan
panjang (flakes)
Memiliki kekuatan
dan keuletan
rendah. Memiliki
mampu mesin yang
baik pada
kekerasannya.
Memiliki ketahanan
aus (wear
resistance) yang
baik, tahan
terhadap galling
pada pelumasan
terbatas serta
memiliki
kemampuan untuk
menahan getaran
(damping capacity)
sangat baik.
Besi Tuang
Putih (White
Cast Iron)
*diberi
nama putih
karena
patahannya
berwarna
putih.
Struktur karbida
diperoleh dengan
menjaga kandungan
karbon (2,5-3,0%)
dan silikon (0,5-
1,5%) pada kadar
rendah dan
kecepatan
pembekuan yang
tinggi pada proses
solidifikasi.
Memiiki struktur
karbida (cementite)
di dalam matriks
pearlite.
Keras, getas, dan
tidak dapat dimesin.
Memiliki
ketahanan
terhadap keausan
(wear resistance)
dan abrasi sangat
baik.
Table 1-2 Jenis-jenis Besi Tuang, Struktur Mikro, Proses Pembuatan, dan
Karakteristik Umumnya (Lanjutan).
Besi Tuang
Mampu
Tempa
(Malleable
Cast Iron).
Bahan baku yang
digunakan adalah
besi tuang putih.
Perlakuan panas
untuk menghasilkan
besi tuang mampu
tempa terdiri atas:
grafitisasi dan
pendinginan.
Pembentukan grafit
dilakukan pada
temperature di atas
temperature
eutectoid. Karbida
akan berubah
menjadi gafit
(tempered carbon)
dan austenite.
Selanjutnya asutenite
dapat didekomposisi
menjadi ferrite,
pearlite, atau
martensite.
Koloni grafit
berbentuk bulat
tidak teratur.
Memiliki kekuatan,
keuletan, dan
ketangguhan lebih
baik. Memiliki
struktur uniform.
Besi Tuang
Ulet atau
Nodular
(Ductile
Iron,
Nodular
Cast Iron).
* nama
mengacu
pada sifat
dan bentuk
grafit-nya.
Kandungan karbon
(3,0-4,0%) dan
silikonnya (1,8-
2,8%) sama dengan
besi tuang.
Kandungan sulfur (S)
dan fosfor (P) sangat
rendah kira-kira 10
kali lebih rendah dari
besi tuang kelabu.
Nodule berbentuk
bola terbentuk pada
proses solidikasi
karena kandungan
beleran (Sulfur) dan
oksigen ditekan ke
tingkat yang sangat
rendah dengan
menambahkan
Magnesium (Mg)
beberapa saat
sebelum penuangan.
Partikel-partikel
grafit berbentuk
bola (speroid).
Memiliki sifat-sifat
yang hampir sama
dengan malleable
cast iron. Memiliki
mampu mesin
sangat baik dan
ketahanan aus
baik. Memiliki
sifat-sifat yang
mirip dengan baja
(kekuatan,
ketangguhan,
keuletan, mampu
bentuk panas, dan
kemampukerasan).
Besi Tuang
Grafit
Kompak
(Compacted
Graphite
Iron)
Grafit berbentuk
vernicular memiliki
struktur antara
gray iron dan
ductile iron.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar